Rabu, 12 Mei 2010

Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep ilmiah

Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep ilmiah

Pada kesempatan kali ini saya akan sedikit memberikan opini saya mengenai Bahasa Indonesia dalam konsep ilmiah yaitu apakah bahasa Indonesia mampu sebagai perantara atau sebagai media dalam menuangkan suatu konsep ilmiah ? .

Seperti yang kita ketahui.Bahasa Indonesia banyak dikenal sebagai bahasa pemersatu bangsa, selain itu bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan dan pertemuan ilmiah.

Begitu juga dalam penulisan ilmah seperti penulisan makalah usulan penelitian,laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi kini telah menerapkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar atau menggunakan bahasa baku.

Menurut pendapat saya, bahasa Indonesia dalam konsep ilmiah boleh dikatakan mampu menjadi perantara atau media dalam menuangkan suatu konsep ilmiah. Seperti yang kita biasa kita sering temukan dalam beberapa jenis penulisan ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi), dari berbagai jenis penulisan tersebut dapat kita nyatakan bahwa sudah banyak di antara sebuah penulisan ilmiah tersebut yang sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia sebagai perantara atau sebagai media dalam menuangkan suatu konsep ilmiah.

Namun dalam penerapanya terkadang masih banyak kesalahan. Terutama dalam segi penggunaan kata, struktur kalimat, dan penempatan tanda baca (seperti : tanda baca titik, koma, dsb).

Berikut adalah Jenis-jenis karya ilmiah:

a. Makalah

Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan permasalahan dan pembahasannya berdasarkan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif.

b. Kertas kerja

Kertas kerja adalah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam daripada makalah dengan menyajikan data di lapangan atau kepustakaan yang bersifat empiris dan objektif. Makalah sering ditulis untuk disajikan dalam kegiatan penelitian dan tidak untuk didiskusikan, sedangkan kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam seminar atau lokakarya

c. Laporan Praktik Kerja

Laporan praktik kerja adalah karya tulis ilmiah yang memaparkan data hasil temuan di lapangan atau instansi perusahaan tempat kita bekerja. Jenis karya ilmiah ini merupakan karya ilmiah untuk jenjang diploma III (DIII)

d. Skripsi

Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S I). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana.

Skripsi dibadi menjadi 2 yaitu:

¯ Langsung (observasi lapangan)

¯ Tidak langsung (studi kepustakaan)

e. Tesis

Tesis adalah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan baru dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini sifatnya lebih mendalam dari skripsi (karya ilmiah S II). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar magister.

f. Disertasi

Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif (karya ilmiah S III). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar doktor.

Perbedaan antara makalah, kertas kerja dengan skripsi, tesis, dan disertasi dapat dilihat dari hal-hal berikut:

¯ kegunaannya,

¯ tebal halaman,

¯ waktu pengerjaan, dan

¯ gelar akademik.

Karakteristik karya ilmiah yaitu :

1. Mengacu kepada teori

Artinya karangan ilmiah wajib memiliki teori yang dijadikan sebagai landasan berpikir / kerangka pemikiran / acuan dalam pembahasan masalah.

Fungsi teori :

a. Tolak ukur pembahasan dan penjawaban persoalan

b. Dijadikan data sekunder / data penunjang ( data utama ; fakta )

c. Digunakan untuk menjelaskan, menerangkan, mengekspos dan mendeskripsikan suatu gejala

d. Digunakan untuk mendukung dan memperkuat pendapat penulis.

2. Berdasarkan fakta

Artinya setiap informasi dalam kerangka ilmiah selalu apa adanya, sebenarnya dan konkret.

3. Logis

Artinya setiap keterangna dalam kerangka ilmiah selalu dapat ditelusuri, diselidiki dan diusut alasan-alasannya, rasional dan dapat diterima akal.

4. Objektif

Artinya dalam kerangka ilmiah semua keterangan yang diungkapkan tidak pernah subjektif, senantiasa faktual dan apa adanya, serta tidak diintervensi oleh kepentingan

baik pribadi maupun golongan.

5. Sistematis

Baik penulisan / penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah disajikan secara rutin, teratur, kronologis, sesuai dengan prosedur dan sistem yang berlaku, terurut, dan tertib.

6. Sahih / Valid

Artinya baik bentuk maupun isi karangan ilmiah sudah sah dan benar menurut aturan ilmiah yang berlaku.

7. Jelas

Artinya setiap informasi dalam karangan ilmiah diungkapkan sejernih-jernihnya, gamblang, dan sejelas-jelasnya sehingga tidak menimbulkan pertanyaan dan keraguan-raguan dalam benak pembaca.

8. Seksama

Baik penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah dilakukan secara cermat, teliti, dan penuh kehati-hatian agar tidak mengandung kesalahan betapa pun kecilnya.

9. Tuntas

Pembahasan dalam karangan ilmiah harus sampai ke akar-akarnya. Jadi, supaya karangan tuntas, pokok masalah harus dibatasi tidak boleh terlalu luas.

10. Bahasanya Baku

Bahasa dalam kerangka ilmiah harus baku artinya harus sesuai dengan bahasa yamg dijadikan tolak ukur / standar bagi betul tidaknya penggunaan bahasa.

11. Penulisan sesuai dengan aturan standar (nasional / internasional)

Akan tetapi, tata cara penulisan laporan penelitian yang berlaku di lembaga tempat penulis bernaung tetap harus diperhatikan.

Persyaratan menulis ilmiah adalah :

1. Menguasi teori ;

2. Memiliki pengalaman

3. Bersifat terbuka

4. Bersifat objektif

5. Memiliki kemampuan berbahasa

EJAAN

Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulis-menulis yang distandarisasikan, yang meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.

  1. Pemakaian Huruf
    1. Huruf abjad: abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf-
    huruf: Aa, Bb, Cc, Dd, Ee, Ff, Gg, Hh, Ii, Jj, Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Pp, Qq, Rr, Ss, Tt,
    Uu, Vv, Ww, Xx, Yy, Zz.
    2. Huruf vokal: a, e, i, o, u.
    3. Huruf konsonan: b, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
    4. Huruf diftong: ai, au, ai.
    5. Gabungan konsonan: kh, ng, ny, sy.
  2. Penulisan Huruf Kapital
    Huruf kapital dipakai sebagai berikut.
    1. Huruf pertama kata pada awal kalimat
    2. Huruf pertama petikan langsung
    3. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kitab suci, termasuk kata ganti
    4. Gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
    5. Nama jabatan, pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
    6. Huruf pertama unsur-unsur nama orang
    7. Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
    8. Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa bersejarah.
    9. Huruf pertama nama geografi.
    10. Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
    serta nama dokumen resmi kecuali kata depan atau kata hubung.
    11. Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama
    badan,lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
    12. Huruf pertama nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata
    depan dan kata hubung yang berada di tengah kata.
    13. Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
    14. Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai sebagai sapaan.
    15. Huruf pertama kata ganti Anda.
  3. Penulisan Huruf Bercetak Miring
    1. Menuliskan nama buku, majalah, koran
    2. Menuliskan istilah asing, daerah, ilmiah yang ditulis dengan ejaan aslinya
    3. Menegaskan huruf, kata, atau frasa yang dipentingkan/dikhususkan
  4. Pemakaian Tanda Baca

Tanda titik dipakai :
1. Pada akhir kalimat
2. Pada singkatan nama orang
3. Pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
4. Pada singkatan atau ungkapan yang sangat umum
5. Di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, dandaftar
6. Untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu
7. Untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukan jangka waktu

Tanda titik tidak dipakai :
1. Untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukkan
jumlah
2. Dalam singkatan yang terdiri atas huruf–huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya,yang terdapat di dalam nama badan pemerintah, lembaga-lembaga nasional atau internasional, atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
3. Di belakang alat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat.

Tanda koma dipakai :
1. Di antara unsur–unsur dalam suatu perincian dan pembilangan
2. Untuk memisahkan kalimat setara
3. Untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
4. Di belakang kata seru yang terdapat pada awal kalimat
5. Di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat
6. Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
7. Di antara unsur-unsur alamat yang ditulis berurutan
8. Untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
9. Di antara nama orang dan gelar akademik
10. Di muka angka persepuluhan
11. Untuk mengapit keterangan tambahan, atau keterangan aposisi.

Tanda titik koma dipakai :
1. Untuk memisahkan bagian–bagian kalimat yang sejenis dan setara
2. Untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti
kata penghubung.

Tanda titik dua dipakai :
1. Pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian
2. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
3. Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan
4. Kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan
5. Di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat dalam kitab–kitab suci, atau di antara judul dan anak judul suatu karangan (karangn Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup : Sebuah Studi, sudah terbit).

Tanda hubung (-) dipakai :
1. Untuk menyambung suku–suku kata dasar yang terpisah karena pergantian baris
2. Untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya
3. Menyambung unsur–unsur kata ulang
4. Menyambung huruf kata yang dieja
5. Untuk memperjelas hubungan bagian–bagian ungkapan
6. Untuk merangkaikan se- dengan angka, angka dengan –an, singkatan huruf besar
dengan imbuhan atau kata
7. Untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Tanda pisah (–) dipakai :
1. Untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
pelajaran(kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan
oleh
2. Untuk menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas (Rangkaian penemuan ini – evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta).
3. Di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau di antara nama
dua kota yang berarti ‘ke’ atau sampai (1945 – 1950 :Bandung – Jakarta).

Tanda elipsis (. . .) dipakai :
1. Untuk menggambarkan kalimat yang terputus : Misalnya : Kalau begitu … ya,
marilah kita berangkat.
2. Untuk menunjukan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan :
Misalnya : Sebab-sebab kemerosotan . . . akan diteliti lebih lanjut.

Tanda petik (‘. . .’) dipakai :
1. Mengapit petikan langsung
2. Mengapit judul syair, karangan, dan bab buku apabila dipakai dalam kalimat
3. Mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal

Tanda petik tunggal (‘…’) dipakai :
1. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan petikan lain, misalnya :
Tanya basri, “Kaudengar bunyi ‘kring – kring tadi’?
2. Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing,
misalnya : rate of inflation ‘laju inflasi’.

Tanda garis miring (/) dipakai :
1. Dalam penomoran kode surat,
misalnya : No. 7/ PK/ 1983 ;
2. Sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat,
misalnya: mahasiswa / mahasiswi, hanya Rp 30,00 / lembar, Jalan Banteng V / 6.
L. Tanda penyingkat atau apostrop (‘) dipakai :
Menunjukkan penghilangan bagian kata,
Misalnya : Amin ‘kan kusurati (‘kan =akan) Malam ‘lah tiba (‘lah=telah)

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar nilai suatu penulisan menjadi sebuah penulisan yang berilmiah. Bukan hanya dipandang dari sudut bahasa saja, tetapi juga dari sudut isi dari suatu penulisan ilmiah. Terkadang mempelajari penulisan yang benar dikatakan sulit bagi seseorang yang sedang melakukan sebuah penulisan ilmiah, tetapi hal itu bisa mudah apabila kita mempelajari struktur penulisan dengan benar. Apalagi sudah banyak buku yang menerangkan tentang cara atau struktur sebuah penulisan ilmiah.

Sumber :

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/agus_buku_ajar.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kamu bisa kasih komen disini...